Selasa, 25 Januari 2011

LPI.LSI


AS: Jangan Ganggu LPI, LSI Juga Patut Ditinjau
Selasa, 25 Januari 2011 | 02:14 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi X DPR RI (Bidang Pendidikan Nasional, Pemuda, dan Olahraga), Angelina Sondakh (AS), meminta PSSI jangan dulu mengganggu Liga Primer Indonesia (LPI) sepanjang event tersebut berniat baik bersama membangun dunia persepakbolaan. Bahkan, LSI justru juga perlu ditinjau karena memakai APBD dan APBN.
"Sebagai kompetisi yang dicita-citakan menjadi profesional dan bersih, seharusnya Liga Primer Indonesia (LPI) diberi kesempatan untuk membuktikan dirinya tanpa harus diganggu, apalagi diancam-ancam," tegas anggota Fraksi Partai Demokrat di Jakarta, Senin (24/1/2011).
Ia menambahkan, sikap PSSI yang berkeras dengan menyatakan LPI sebagai kompetisi ilegal dan harus dilarang, justru semakin menunjukkan arogansi organisasi olahraga tertua di Indonesia tersebut.
"Hal ini juga telah saya nyatakan dengan resmi pada forum rapat kerja (Raker) Komisi X DPR RI dengan Menteri Pemuda dan Olahraga, Pak Andi Mallarangeng, pada hari Rabu (19/1/2011)," ungkap mantan Putri Indonesia ini.
Sebagaimana diberitakan sejumlah media, saat ini sedang terjadi perselisihan antara pengelola LPI dan jajaran PSSI karena induk organisasi sepak bola ini menolak keberadaan kompetisi tersebut. Kondisi ini menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi Angelina Sondakh dan beberapa rekannya di Komisi X DPR RI.
"Sungguh merupakan suatu ironi sebenarnya, di saat bangsa ini dilanda euforia sepak bola berkat penampilan elok tim ’Garuda Merah-Putih’ pada Piala AFF, kegembiraan itu dirampas oleh arogansi dan politisasi para pengurus sepak bola," tandasnya.
Karena itu, AS bersama rekan-rekannya mengharapkan masalah ini harus dicarikan penyelesaian secepatnya agar tidak mengganggu iklim kerja serta semangat dalam rangka persiapan atlet sepak bola bertarung di berbagai kompetisi. LPI, yang dibentuk oleh pengusaha Arifin Panigoro, diakui oleh beberapa pihak dihadirkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap PSSI di bawah kepimpinan Nurdin Halid karena dinilai tidak pernah menghasilkan prestasi secara internasional.
LPI merupakan organisasi sepak bola yang bersifat profesional karena memiliki dan mengelola anggaran sendiri. "Tetapi anehnya, ini dianggap ilegal oleh PSSI yang mengelola Liga Super Indonesia (LSI), sementara LSI sendiri selama ini anggarannya masih menggunakan APBD dan APBN," ujarnya.
AS berpendapat, bisa saja keberadaan LSI yang perlu ditinjau ulang karena masih menggunakan anggaran negara dan daerah dalam pengelolaannya, padahal diklaim sebagai organisasi profesional.
"Lebih dari itu, sebenarnya akan lebih baik jika PSSI bertindak lebih arif dengan memberikan ruang kepada LPI untuk duduk bersama demi kebangkitan sepak bola nasional," ujarnya.
Selain itu, yang jauh lebih penting untuk diperhatikan dalam dunia persepakbolaan Tanah Air saat ini, menurut AS, adalah aspek nonprestasi seperti meningkatnya ekonomi kerakyatan.
"Seperti misalnya banyak sekali pedagang yang menjual atribut Indonesia, kemudian meningkatnya nasionalisme, di mana semua bangga dengan menyanyikan lagu 'Garuda di Dadaku'," tuturnya.
Bagi AS, aspek nonprestasi inilah yang sebenarnya merupakan komponen pendukung utama yang dapat membangkitkan gairah sepak bola Tanah Air. Karena itu, ia menyarankan, pemerintah harus serius memfasilitasi kekisruhan yang ada di dunia sepak bola Indonesia.
"Sebab, sepak bola tidak hanya bisa diukur dari aspek prestasi saja, tetapi dari aspek nonprestasinya, yang juga harus diperhitungkan. Sehingga, memang sepak bola perlu lebih diperhatikan saat ini," tandas AS. (ANT)

tembok cina


Potret Wisata

Tembok China, seperti Menaiki Naga Tidur

Selasa, 25 Januari 2011 - 09:11 wib
Pasha Ernowo - Okezone
Detail Berita
(foto: wong168.wordpress)
Tembok Tiongkok atau yang lebih dikenal dengan nama tembok China merupakan salah satu bangunan raksasa yang pernah dibuat umat manusia.

Usianya lebih dari dua ribu tahun. Tembok sepanjang 7.300 kilometer ini melintang dari barat ke timur, mulai dari Shanhaiguan Pass dekat Bo Hai di teluk Bo Hai sampai Jisayuguan Pass yang kini terletak di provinsi Gansu.

Tembok yang tak putus-putus hingga tampak seperti naga yang sedang tidur di daratan Tiongkok ini melintasi wilayah Liaoning, Hebei, Tianjin, Beijing, Shanxi, Inner Mongolia, Shaanxi, Ningxia, dan Gansu.

Uniknya, sampai saat ini tidak ada yang tahu pasti kapan tembok tersebut pertama kali dibangun. Diperkirakan tembok yang konon dibangun untuk mempertahankan diri dari serangan musuh ini mulai dibangun Dinasti Zhou di akhir Spring and Autumn Period (770 SM - 476 SM). Sedangkan tahap akhir pembangunan tembok dilakukan di masa Dinasti Ming (1368 - 1644).

Selama periode itu, proses pembangunan tembok sepanjang sekitar 5.000 kilometer dilakukan dengan desain yang canggih serta menggunakan bahan batu bata dan granit. Untuk memperkuat kontrol militer dari arah utara, pihak berwenang Ming membagi Tembok ke dalam sembilan zona dan menempatkannya di bawah tanggung jawab Zhen (kepala garnisun).

Tentu saja para pengunjung tak mungkin menyusuri seluruh tembok karena hanya sekitar 10 kilometer saja yang terbuka untuk umum. Tembok sepanjang itu bisa dicapai dalam waktu sekitar 4,5 jam.

Untuk menikmati daratan Tiongkok dari atas Tembok, para pelancong musti mendaki tangga lumayan curam yang memiliki semacam pagar di tengah. Di situ ada pintu yang lebarnya hanya cukup untuk seseorang masuk. Di sisi lain pagar, berbaris sekelompok orang yang menjual suvenir atau air mineral. Dari sinilah mereka mengikuti perjalanan para wisatawan. Mereka berharap ada yang membeli minuman atau souvenir.

Rasa lelah memang langsung meyergap begitu sampai di atas tembok. Tapi, pemandangan yang membuat banyak orang secara tak sengaja mengucapkan kata "Wow!", ternyata jadi obat mujarab. Tubuh yang loyo berangsur-angsur segar kembali. Panorama alam yang membentang di depan mata benar-benar memukau.

Setelah berkunjung ke Tembok Tiongkok, tak ada salahnya perjalanan wisata anda  berlanjut ke Summer Palace atau Istana Musim Panas. Letaknya sekitar 15 kilometer dari Beijing. Istana yang terletak di sekitar danau Kunming ini dulu dipakai sebagai lahan berburu para raja. Yang menarik, tempat yang merupakan kebun terluas kedua di daratan Tiongkok serta istana yang dinamakan Golden Hill tersebut, dibangun sekitar 800 tahun yang lalu

Kawasan Istana yang pernah dua kali diluluhlantakkan, tapi kemudian direnovasi oleh Ratu Cixi itu terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu kantor, tempat tinggal, dan lahan pemandangan. Bagian penting yang ada di kawasan kantor adalah balairung kebajikan dan keabadian, tempat Ratu Cixi mengurusi masalah kenegaraan dan menerima pejabat. Sementara tempat tinggal terdiri dari balairung agung, Taman keabadian dan Balairung Kebahagiaan Abadi. Sedangkan tempat memandang alam adalah Danau Kunming dan Bukit Keabadian.

Salah satu bagian yang wajib dikunjungi di istana ini adalah Kuil Lautan Kebijaksanaan Budha. Di sini para pelancong bisa menikmati pemandangan indah danau dan kawasan sekitarnya. Tapi, kalau berkunjung ke tempat ini jangan lupa meresapi keindahan koridor panjang yang amat indah. Koridor sepanjang 700 meter dan dilukis itu, letaknya tidak di dalam gedung, tapi di dekat air dan tanpa tembok. Tiangnya terbuat dari kayu dengan motif berbeda-beda.

Secara keseluruhan, Istana Musim Panas tidak berbeda dengan hasil renovasi tahun 1903. Gerbangnya ada dua, yaitu Gerbang Istana Timur dan Gerbang Istana Barat. Istana ini belakangan berubah menjadi taman setelah penobatan Kaisar terakhir Dinasti Qing, Pu Yi, tahun 1924. Taman indah itu kemudian dibuka untuk umum, namun akibat biaya masuknya mahal tak semua orang bisa menikmati keindahannya. Saat ini siapapun bisa menikmati keindahan taman hanya dengan membeli tiket seharga 35 Yuan. Tak heran jika taman istana yang sudah tua umurnya ini merupakan tempat favorit para warga Beijing yang ingin tetirah di musim panas.
(uky)

Selasa, 18 Januari 2011

gayus tambunan


Gayus Cuma 'Snowball'
Editor : Inggried
Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik
Senin, 17 Januari 2011 | 12:33 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOTerdakwa, Gayus Halomoan Tambunan ditemani istrinya, Milana Anggraeni (kiri) dan putri bungsunya saat menunggu sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (3/1/2011).

Add caption

Add caption

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung menilai, peran Gayus Tambunan hanya sebagai 'snowball' alias bola salju dalam persoalan pajak yang lebih besar di Indonesia. Oleh karena itu, Panja Pemberantasan Mafia Perpajakan yang dibentuk oleh Komisi III DPR RI harus mampu membongkar jaringan mafia perpajakan yang lebih besar.
"Persoalannya tak hanya Gayus. Gayus hanya 'snowball' untuk membuka banyak hal mengenai mafia pajak. Lalu pertanyaan apakah Gayus hanya ke Makau dan tidak ke Hongkong aneh kalau ke Makau tapi tidak ke Hongkong. Singapura dan Hongkong kan dua negara yang lembaga keuangannya cukup besar dan itu menyangkut banyak kepentingan. Menurut saya, yang seperti itu jadi tugas Komisi III untuk membuka," katanya, Senin (17/1/2011), di Gedung DPR, Jakarta.
Komisi III, lanjut politisi PDI-P ini, juga harus mendalami laporan terbaru dari Kementerian Keuangan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengenai 151 perusahaan yang ditangani oleh Gayus semasa bertugas. Selain itu, Pramono mengatakan, penegak hukum juga harus menelusuri pajak yang tak hanya berasal dari pajak dalam negeri.
"Persoalan yang serius juga bukan hanya pajak oleh negara tapi juga pajak bukan negara. Ini harus jadi persoalan yang harus didalami. Dan jumlahnya kan juga besar. Oleh karena itu, persoalan pajak ini tidak pernah tuntas," tandasnya.