Selasa, 22 Februari 2011


Indonesia Perlu Belajar dari Hong Kong
Editor: I Made Asdhiana
Senin, 21 Februari 2011 | 07:36 WIB
Dibaca: 3348

Dari pegunungan ini kita bisa melihat Hong Kong secara keseluruhan.
Foto:
1 2 3 4
KOMPAS.com — Hongkong memang kota yang menakjubkan. Tak hanya kotanya yang bak lautan manusia, bangunan yang menjulang tinggi di antara jalanan yang kecil, namun juga pariwisatanya yang dikelola secara maksimal. Seperti ketika saya hendak menuju ke Hongkong Island dari Hongkong Kowloon, sebelum naik feri di Tsim Sha Tsui, kami terlebih dahulu 'dicegat' oleh suatu tempat yang sayang untuk begitu saja dilewatkan, Avenue of Stars.
Avenue of Stars
Avenue of starts sendiri dibangun untuk menghargai tokoh perfilman Mandarin. Jadi, disini kita bisa melihat cap tangan seluruh artis Hongkong, misalnya Jacky Chen, Andy Lau, Jet Lee, Michelle Yeoh, Sammo Hung, dan banyak lagi. Beberapa di antaranya juga dibuatkan patung, seperti bintang kungfu legendaris, Bruce Lee. Selain itu, terdapat juga toko-toko milik para artis yang menjual berbagai suvenir bergambar dan bertanda tangan artis tersebut, salah satu yang saya sempat masuk, ada milik Jacky Chen.
Avenue of Stars ini juga merupakan tempat yang ideal untuk orang-orang narsis seperti kami, berfoto-foto hi-hi-hii-… Biasanya juga tempat ini dijadikan tempat foto prewedding. Soalnya disini pemandangannya bagus sih, dari sini bisa keliatan gedung gedung yang menjulang tinggi di Hongkong Island.
O ya katanya jika malam tiba, pukul 19.00, di sini juga ada pertunjukkan lampu bernama Symphony of Light. Pertunjukkan laser yang ditembakkan ke gedung-gedung tinggi. Sayang saya tidak sempat melihat … Nah, setelah puas berfoto-foto bersama cap tangan artis kesayangan dan patung Bruce Lee, baru deh kami membeli tiket feri menuju ke Hongkong Island.
Perjalanan menuju The Peak
Bukti pemerintah setempat sangat memerhatikan benar kepariwisataannya adalah adanya The Peak. Sebetulnya The Peak ini hanyalah pegunungan yang dari atas sana, kita bisa melihat Hongkong secara keseluruhan. Kalau di Jakarta, namanya Puncak Pas. Tapi, disini nuansa wisatanya digali betul hingga perjalanan menuju ke The Peak terasa sangat menyenangkan dan memberikan sensasi pengalaman tersendiri. Untuk tau lebih lengkap bagaimana seriusnya Hongkong mengelola wisatanya, yuk mari....
Siapa sangka, bulan April bukanlah bulan libur, sehingga menurut saya tak seharusnya tempat wisata akan penuh. Tapi?  Wow, untuk membeli tiket Tram pergi pulang seharga 56 dollar Hongkong menuju The Peak saja, kami mesti mengantre kurang lebih 30 menit. Itu belum mengantre untuk masuk ke Tramnya, jadi total mengantre membeli tiket sampai masuk ke tram adalah 1 jam. Tapi, entah mengapa antrean ini tidak terasa membosankan. Pertama, mungkin karena kami jalan berlima, kedua karena di sepanjang jalan antrean terdapat mini museum (benda benda kuno lengkap dengan ceritanya tentang sejarah tram di Hongkong dari tahun ke tahun).
Kemudian, akhirnya masuk juga ke Tram yang akan mengangkut kami menuju ke The Peak. Nah, kursi di Tram sendiri unik, jika berangkat kita akan berada dalam keadaan normal, yaitu pandangan ke depan. Tapi jika pulang nantinya, kita akan berjalan mundur. He-he-he, ya karena jika kita mau menghadap depan, sudah pasti terjungkal, karena tanjakannya sangat maut, saya perkirakan sekitar 70 derajat, dengan ketinggian 396 mdpl. Nah, dari Tram ini sendiri kita sudah bisa melihat Hongkong,so jangan heran kalau para wisatawan sudah mulai potret-potret. Perjalanan ini sendiri sekitar 15 menit dan sama sekali tidak terasa, tiba-tiba kami sudah sampai di The Peak.
Begitu masuk kita akan langsung disambut dengan toko toko penjual suvenir khas Hongkong. Tapi saran saya, kalau ingin berhemat, barang barang yang ada disini bisa Anda beli di Pasar Jalanan di HongKong Kowloon. Ya, kalau Anda ingin membeli, mungkin beli saja yang ada tulisan The Peak, karena yang bertuliskan ini tidak ada di tempat lain kecuali di sini.
Madame Tussauds
Ini juga bukti lain, sigapnya pemerintah dalam mengelola pariwisata. Supaya tidak membosankan, The Peak ini tidak hanya diisi dengan mal, tapi juga ada Museum Lilin bernama Madame Tussauds. Jika di Avenue of Stars kita bisa melihat cap tangan para artis, disini kita bisa foto bersama dengan replika sang artis. Disini kita tidak hanya dapat melihat patung lilin artis dan tokoh Hongkong melainkan tokoh dan artis dari negara lain, misalnya Presiden Amerika, Marilyn Monroe, Madonna, dan tokoh juga artis dunia lainnya.
Yang keren, patung lilin disini dibuat benar benar menyerupai aslinya. Mulai dari tinggi badan, hingga detail wajahnya. Kalau di foto? Mirip sama aslinya. Untuk masuk ke Madame Tussauds ini kita mesti membayar 160 dollar Hongkong (1 dollar Honkong kurang lebih Rp 1.300). Atau kalau Anda sudah membeli paketan dari awal yang namanya adult combo + skypass, Anda hanya perlu membayar 200 dollar Hongkong untuk semuanya. Oya, menjelajah tempat ini dibutuhkan waktu paling tidak 2 jam. Lama? tidak, karena disini banyak patung bagus untuk berfoto ria he-he-hee …
Nah, usai dari Madame sini, di depan juga ada toko yang mampu membuatkan replika patung Anda, baik dalam bentuk lilin maupun foto di dalam batu. Harganya variatif sih ya, mungkin bisa ditanyakan sendiri ke penjaga tokonya. Yang jelas, ini dapat menjadi kenang kenangan yang bagus untuk Anda pasang di rumah.
Kembali ke The Peak
Hari sudah mulai gelap, ini berarti waktunya kita menuju ke lantai teratas, The Peak!  ya … karena tiket hanya untuk sekali masuk, jadi sebaiknya Anda jangan masuk dulu sebelum gelap tiba. Karena pemandangan Hongkong akan terasa lebih indah ketika malam hari. Tips buat yang mau ke The Peak, sebaiknya yang nggak tahan dingin bawa jaket dan syal yach. Soalnya, udara Hongkong yang sejuk dan berangin, dijamin akan membuat tulang Anda gemeretak. Tapi, kalau tahan dingin sih gak usah, seperti bule-bule yang ada disamping saya, mereka tenang-tenang aja dengan pakaian oblongnya he-he-heee …
Keunikan melihat Hongkong dari The Peak sendiri adalah  Kota Hongkong seolah berada di cawan atau mangkok. Tuh lihat di foto, siluet bukit jadi seperti mangkuk kan? The Peak ini juga terkenal akan makanan fine dinning-nya, so kalau bawa duit lebih, bisa makan romantis disini nih. Sambil makan sambil liat gemerlap malam hari Hongkong.
Nah, takut pulangnya ngantre panjang, kami pun buru-buru menuju ke tempat Tram, dan astaga, sudah buru-buru mumpung belum terlalu malam, ternyata antrean sudah panjang aja. Kami pun mengantre sekitar 30 menit lebih dikit lah. Oya, satu tips lagi buat yang ke The Peak, kalau Anda sedang berada di lantai 1, segeralah ke toilet, karena toilet di mal sebesar ini cuma 1 biji di lantai 1 ituaja.
Hongkong Island
Hongkong Island sendiri jauh lebih rapi daripada Hongkong Kowloon yang terlalu padat penduduk. Bangunan yang ada disini hampir rata rata berarsitektur modern yang menjulang tinggi dengan jalanan yang lebar. Taman-taman kota yang indah juga mudah di jumpai disini. Gedung gedung pemerintahan juga berkumpul di area central sini.
Ya, di pulau inilah pusatnya pemerintahan, maka kadang disebut juga Hongkong central. Oya, Hongkong Island malam hari akan tampak sangat indah, karena bangunan bangunan tinggi ini sontak berubah layaknya parade lampu. (Catur Guna Yuyun Angkadjaja)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar