Selasa, 22 Februari 2011


Tewas Akibat Belum Turun, Bus Tancap Gas
Penulis: Adi Dwijayadi | Editor: yuli
Selasa, 22 Februari 2011 | 06:36 WIB

Ilustrasi: Sopir bus kota yang umumnya ugal-ugalan kembali makan korban.
JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap hari Rusmiyati (40) berjualan nasi uduk di depan rumah. Untuk membeli bahan bakunya, warga Jalan Pulonangka Barat RT 2 RW 16 Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur ini pergi ke Pasar Pedongkelan, Jakarta Utara.
"Biasanya tiap jam 04.00, kakak saya berangkat ke pasar naik motor sama suaminya, Baitullah," ucap Hamzah, adik Rusmiyati, saat ditemui di rumahnya, Senin (21/2/2011) .
Namun, kata Hamzah, kakaknya saat itu tidak naik motor ke pasar. Ia memilih naik bus karena motor satu-satunya di rumah itu harus dipakai suaminya untuk mengantar anak pertamanya, Umar, ke SMK Dinamika di Cakung, Jakarta Timur. "Soalnya hari Senin kan upacara sekolah. Biar nggak telat, motor dipakai untuk mengantar anaknya," ujar dia.
Seusai berbelanja kebutuhan dagang, Rusmiyati pulang dari Pasar Pedongkelan dengan menenteng 2 plastik di kedua tangannya. Kemudian, ia menumpang bus Mayasari Bhakti P 507 jurusan Tanah Abang-Pulogadung.
Ketika bus yang dikemudikan oleh Samosir itu sampai dekat sebuah pom bensin di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Utara (arah Cempaka Putih ke Pulogadung) sekitar pukul 05.30 WIB, Rusmiyati menyetop kendaraan. Bus warna hijau itu pun berhenti.
"Selagi kakak saya turun, bus tiba-tiba langsung tancap gas. Padahal, kakinya belum sampai menapak, sementara kedua tangan tidak menggapai pintu bus karena harus memegang barang belanjaan. Lalu, badan kakak saya terjatuh di aspal dan meninggal seketika," tutur Hamzah.
Hamzah mengatakan, posisi bus memang tidak menepi di pinggir jalan, melainkan agak ke tengah. Itu terlihat dari ceceran darah di aspal jalan.
"Yang jadi tanda tanya, di mana posisi kernet bus. Saya berpikir kakak saya turun dari pintu belakang. Soalnya, kalau dari pintu depan, sopir bus pasti tahu kakak saya ingin turun," ujar dia.
Setelah diberitahu oleh warga sekitar, keluarga korban bergegas menuju lokasi kejadian. Isak tangis mewarnai pagi buta itu. "Suami kakak saya sampai shock dan tidak mau berbicara kepada orang tak dikenal," ungkap Hamzah.
Jasad Rusmiyati dibawa ke kediaman. Wanita asli Jakarta ini meninggalkan dua anak laki-laki. Ia dimakamkan sekitar jam 12.30 di pekuburan warga. "Jenazah kakak saya dikubur habis Shalat Dzuhur," kata Eko, adik ipar Rusmiyati yang duduk di samping Hamzah.
Sementara itu, Hamzah mengaku pihak keluarga tidak ingin memperpanjang persoalan ke polisi. Keluarga hanya mau solusi damai dan diselesaikan secara kekeluargaan. "Ya namanya musibah. Kejadian itu bukan kesengajaan. Mungkin sopir juga ga tahu," katanya.
Bahkan, tambah Hamzah, ketika polisi mendatangi rumah mereka, mereka menolak tawaran polisi untuk menjalani otopsi di rumah sakit. Manajemen bus Mayasari Bhakti pun sudah datang ke rumah untuk menyatakan belasungkawa sekaligus memberikan santunan kepada keluarga almarhum Rusmiyati.
"Manajer bus yang bernama Kirno datang ke sini sebelum jam 12.00. Kedatangan pihak pengelola bus ke rumah kami dinilai sudah jadi bentuk tanggungjawab mereka," ucap dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar