Selasa, 22 Februari 2011


Penyelidikan Kasus Laptop Dilanjutkan
Penulis: Wisnu Dewabrata | Editor: Tri Wahono
Senin, 21 Februari 2011 | 22:31 WIB

Pemerintah Indonesia yang dipimpin Utusan Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekaligus Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa memimpin pertemuan dengan pimpinan Samsung, Jong-wan Lim di Seoul, Korea Selatan, Rabu (16/2/2011).
SEOUL, KOMPAS.com - Kepolisian Korea Selatan hingga sekarang terus menggelar penyelidikan kasus pencurian data laptop delegasi Indonesia saat kunjungan ke Korsel yang mereka sebut misterius. Insiden itu juga ramai diberitakan berbagai media massa di sana lantaran diduga terkait praktik pencurian berlatar belakang spionase.
Seperti dikabarkan, tiga orang berwajah Asia, salah seorang dari mereka perempuan, menerobos masuk kamar VVIP Hotel Lotte, di lantai 19, tempat menginap salah seorang anggota delegasi kunjungan pemerintah RI dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa.
Menurut petugas kepolisian setempat, Shin Seong-chul, ketiganya kemudian mengopi data dari salah satu laptop yang ada di kamar itu ke dalam USB. Saat kejadian ada dua laptop di kamar itu. Aksi itu sempat dipergoki korban. Ketiga pelaku lalu kabur. Tidak dilaporkan adanya perkelahian dalam kejadian itu.
Petugas Kementerian Pertahanan Korsel, yang mendampingi rombongan delegasi RI langsung melapor ke kepolisian setempat. Bersama korban dia menyerahkan kedua laptop tadi sebagai barang bukti.
Namun keesokan harinya korban meminta kedua laptop dikembalikan dan melarang proses pemeriksaan lebih lanjut.
Beberapa media massa Korsel seperti surat kabar besar seperti Chosun Ilbo, mengutip sumber pemerintah Korsel, menyebut para pelaku adalah anggota dinas rahasia badan intelijen negeri itu, National Intelligence Service (NIS).
Mereka berupaya mencuri data soal strategi negosiasi RI menghadapi Korsel, menyusul rencana negeri itu menjual sejumlah persenjataannya seperti jet tempur latih, peluru kendali, dan beberapa jenis senjata lain ke Indonesia, yang sejak lama memang dikenal menjadi negara pasar utama produksi senjata Korsel.
Pada tahun 2009 Korsel berhasil menjual berbagai jenis senjata ke Indonesia senilai 220 juta dollar Amerika Serikat.
Pihak NIS sendiri dikabarkan berupaya keras menutupi insiden itu, termasuk melobi Indonesia agar tidak meributkannya. Kepala Stasiun Polisi Seoul, Seo Beom-gyu, juga mengaku didatangi secara resmi oleh NIS Kamis lalu. Pihak intelijen Korsel menanyainya tentang proses penyelidikan kasus itu sekaligus memintanya diam-diam saja.
Semua kabar dan pemberitaan itu dibantah NIS lewat juru bicaranya, yang hanya mau dikutip dalam kondisi anonim, sesuai ketentuan institusi mereka.
Namun begitu juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel, Cho Byung-jae, kepada pers menyatakan, pihak Kedutaan Besar RI di Seoul tetap meminta pemerintah Korsel melanjutkan proses penyelidikan dugaan spionase itu. Dia menjanjikan akan terus menginformasikan hasilnya ke KBRI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar