Selasa, 22 Februari 2011



Pilah Sampah agar Harga Lebih Tinggi
Penulis: Yunanto Wiji Utomo | Editor: Tri Wahono
Senin, 21 Februari 2011 | 20:17 WIB

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Ilustrasi kerajinan dari sampah
KOMPAS.com - Program pengelolaan sampah yang dilakukan di Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur telah berjalan lewat Koperasi Bank Sampah Merah Delima. Lewat unit tersebut, selain diajak untuk mengelola sampah warga juga diajak untuk mendayagunakan sampah sehingga mendapat keuntungan ekonomi.
Agar bisa meningkatkan harga jual sampah, koperasi di Malaka Sari punya trik. Prakoso, fasilitator pengelolaan sampah setempat, mengajak warga untuk memilah sampah lebih spesifik. "Misalnya botol, kita coba agar botol air mineral itu bisa dimanfaatkan semuanya dengan dipilah," kata Prakoso sata ditemui Senin (21/2/2011).
"Kita pisahkan antara botol, tutup dan labelnya. Kalau dipisahkan harga jualnya lebih tinggi," lanjut Prakoso. Ia mengatakan, jika dipilah, botol air mineral saja bisa menghasilkan Rp 4.500 per kilogram, sementara kemasan air mineral gelas bisa menghasilkan Rp 5.000 per kilogram.
Sejauh ini telah ada beberapa pihak yang siap menerima akumulasi sampah dari warga. Label kemasan misalnya, bisa ditampung oleh perusahaan semen. Sementara, kemasan botol dan gelas bisa dijual ke lapak sampah di wilayah Jakarta Timur. Sampah anorganik lain dibuat menjadi kerajinan tas.
Untuk sampah organik, koperasi dan warga mengelolanya dalam unit kompos. Mursih, salah satu warga mengatakan bahwa bahan baku kompos bisa bersumber dari sayuran mentah yang tak bisa dimasak maupun sisa makanan yang telah dibersihkan. Bahan baku itu dikumpulkan di penampungan yang tersedia.
"Untuk 30 rumah punya 3 tong. Itu kalau ada sisa sayuran ya kita masukkan saja di situ. Nanti akan ditambah campuran yang membantu fermentasi," kata Mursih. Kompos yang dihasilkan bisa dimanfaatkan warga untuk membantu penghijauan wilayah setempat  dan dijual.
Menurut Prakoso, pembuatan kompos di wilayah memerlukan 5 orang tenaga kerja. "Total biaya produksi kompos sekitar 800 ribu per bulan. Kita untuk satu bulan bisa dapat keuntungan bersih sekitar 400-500 ribu rupiah," papar Prakoso. Kompos sendiri bisa dipasarkan di BPLHD.
Keuntungan yang dihasilkan dari kompos bisa dimanfaatkan untuk kepentingan warga sendiri. "Misalnya kalau ada warga yang membutuhkan atau sedang terkena musibah, bisa kita manfaatkan," kata Prakoso. Warga juga bisa mendapat penghasilan dari sampah yang dikumpulkan di koperasi.
Sejauh ini, salah satu kendala yang dihadapi adalah naik turunnya harga komoditas sampah. Sampah kardus misalnya, harganya bisa anjlok di waktu tertentu. Sementara, kemasan mi instan dan tas plastik harganya relatif rendah. Perlu solusi sehingga komoditas sampah tersebut bisa menguntungkan warga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar